Pembunuhan Brutal 2 TKI di Arab, Hadiah 17-an HUT RI 62
Masih seputar tujuhbelasan. Tepat di hari perayaan kemerdekaan kemarin Human Right News menghadiahi berita pembunuhan brutal yang dialami 2 TKI di Arab Saudi: Siti Tarwiyah Slamet, 32 tahun, dan Susmiyati Abdul Fulan, 28 tahun. Sementara dua rekannya, Ruminih Surtim, 25 tahun, and Tari Tarsim, 27 tahun, masuk unit gawat darurat di rumah sakit Riyadh Medical Complex.
Mereka mengalami penyiksaan sadis karena dituduh menyantet anak laki-laki majikan mereka. Tiga bulan lalu, seorang TKI di provinsi al-Qasim dihukum 10 tahun penjara dan 2000 hukuman cambuk sebagai ganti dari hukuman mati. Kedutaan Indonesia di sana, konyolnya, baru mengetahui peristiwa itu satu bulan sesudahnya. Tidak ada pendampingan atau upaya pembelaan.
Menurut catatan, terdapat sekitar dua juta perempuan dari Indonesia, Sri Lanka dan Pilipina yang sekarang bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Arab.
Berita ini menambah barisan pahlawan devisa yang pulang tinggal nama. Bukan di medan perang. Tetapi di sebuah Negara terhormat Arab Saudi. Sekaligus kasus barbarian ini menunjukkan kegagalan kedua pemerintahan baik Indonesia maupun Arab untuk melindungi warga negara.
TKI, pahlawan devisa atau apapun istilahnya adalah julukan terhormat, sekaligus menutup-nutupi realita dan fakta bahwa mereka “cuma” babu, pembantu rumah tangga yang tidak punya harga. Pekerjaan mencuci piring, mengepel dan membersihkan kakus rupanya telah menjadi pekerjaan kelas kambing. Pekerjaan-pekerjaan kasar semacam itu tidak bisa lagi dilakukan oleh warga negara aristokrat, di negara yang berlimpah minyak dan dolar.
Apa yang dirasakan keluarga Siti, Susmiyati, Ruminih dan Tari mendengar berita semacam ini? Ada linangan air mata yang tidak tahu kapan akan berakhir. Mimpi buruk yang akan menghantui mereka selama bertahun-tahun. Perasaan marah yang tak punya saluran pelampiasan. Dan barangkali sedikit penghiburan dari tetangga dan sanak saudara. Menaruh sejumput uang tanda duka cita. Lalu melupakannya sebagai sebuah kisah sedih.
Saya tidak yakin, apakah akan ada aksi sejuta umat, aksi sejuta tanda tangan, kedutaan yang di demo. Karena cerita tentang empat sekawan ini adalah aib di muka sendiri. Sebuah propaganda yang mengganggu agenda-agenda politis mereka.
Rakyat dan umat, jangan disodori cerita beginian dong ah! Maluuuuuu ana.
Tragis! (Maaf, kata “Merdeka” tak layak diteriakkan di sini)
0 comments:
Post a Comment